meta charset='utf-8'/> Asuhan Keperawatan Divertikular | Kumpulan Asuhan Keperawatan
Home » » Asuhan Keperawatan Divertikular

Asuhan Keperawatan Divertikular

Written By Unknown on Kamis, 06 Juni 2013 | 03.23


A. Definisi

Penyakit divertikular adalah suatu kondisi umum yang mempengaruhi sistem pencernaan. Hal ini terjadi ketika tonjolan kecil atau kantong (biasanya disebut diverticula) terbentuk di dinding usus besar. Penyakit divertikular adalah penyakit yang umum diderita,namun kebanyakan orang yang mengalaminya tidak merasakan gejala apapun. Penyakit ini menjadi semakin umum diderita saat seseorang semakin tua. Penyakit divertikular terjadi ketika area kecil dari lapisan usus melemah dan terbentuk tonjolan atau kantong selama bertahun-tahun. Hal ini dikenal sebagai divertikular. Divertikula sebagian besar ditemukan di bagian bawah bawah usus besar meskipun pada beberapa orang didapati di bagian bawah dari usus mereka.


Ada 3 istilah yang biasanya digunakan untuk penyakit divertikular, yaitu :

a. Diverticulosis. Banyak orang menderita diverticula tanpa merasakan gejala
apapun. Divertikula hanya bisa terlihat ketika dilakukan scan dan tes untuk masalah ini. Divertikular tanpa gejala biasanya dikenal sebagai diverticulosis
b. Divertikular. Jika terdapat gejala-gejala diverticula, ini dikenal
sebagai penyakit divertikular.

c.  Diverticulitis. Jika diverticula menjadi meradang dan menyebabkan
penyakit, kondisi ini dikenal sebagai diverticulitis.
Gejala-gejala penyakit divertikular  biasanya terasa
di sebelah kiri bawah perut. Rasa sakit dapat muncul setelah makan. Mungkin
hilang setelah buang angin atau BAB. Gejala lain termasuk:

  1. Kembung

  2. Angin

  3. Sembelit

  4. Diare

  5.  Sakit perut terus-menerus dan bertambah parah yang dimulai dari bawah pusar dan kemudian pindah ke sisi kiri bawah (walaupun bisa muncul di kanan bagi orang Asia karena perbedaan genetik)

  6. demam (suhu tinggi)

  7. sering buang air kecil dan kadang-kadang nyeri

  8. perubahan kebiasaan buang air besar

  9. mual dan muntah

Rasa sakit dan fungsi usus terganggu hilang dan
kembali lagi dari waktu ke waktu dan ditemukan darah dalam tinja. Hal ini disebabkan melemahnya pembuluh darah di dalam diverticula. Jika
darah berasal dari sebagian besar usus biasanya terlihat sebagai
darah dalam tinja. Darah yang berasal dari tempat yang lebih tinggi di
sistem pencernaan, misalnya perut, cenderung membuat kotoran menjadi hitam dan tinggal. Kadang-kadang terbentuk jaringan parut di sekitar salah satu diverticula meradang, dan ini dapat menyebabkan penyempitan usus atau penyumbatan. Jika diverticula meluas, mereka dapat menyebabkan lapisan perut (peritoneum) menjadi meradang dan bengkak. Ini disebut peritonitis.
B. Etiologi

Dokter percaya bahwa diet rendah serat, khususnya kekurangan buah-buahan dan sayuran, dan tinggi daging merah dan lemak merupakan penyebab utama penyakit divertikular. Ini jarang terjadi di vegetarian dan di beberapa bagian dunia dimana asupan serat tinggi. Bidang usus umumnya terkena penyakit diverticular.
  C. Patofisiologi

Penyakit divertikula adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
divertikulitis dan divertikulosis. Divertikulosis merujuk pada adanya sakus
mukosa luar usus non-inflamasi. Divertikulisis adalah sakus luar buntu atau
herniasi mukosa usus diseluruh pembungkus otot usus besar, biasanya kolon
sigmoid. Penyakit divertikular umum terjadi pada pria dan wanita serta pada usia
lebih dari 45 tahun, dan pada orang gemuk. Kasus ini terjadi pada kira-kira
sepertiga populasi lebih dari 60 tahun. Diet rendah serat dihubungkan dengan terjadinya divertikula, karena diet ini menurunkan bulk dalam feses dan mempredisposisikan pada konstipasi.Pada adanya kelemahan otot di usus, dapat meningkatkan tekana intramular yang dapat menimbulkan pembentukan divertikula.Penyebab divertikulosis meliputi atrofi atau kelemahan otot usus, peningkatan tekanan intramural, kegemukan, dan konstipasi kronis. Divertikulosis terjadi bila makanan yang tidak dicerna menyumbat divertikulum, yang menimbulkan penurunan suplai darah ke area dan mencetuskan usus pada invasi bakterikedalamdivertikulum.Divertikula mempunyai lumen usus sempti seperti leherbotol.Titik lemah di otot usus ada pada cabang-cabang pembuluh darah yang menembus dinding kolonik. Titik lemah ini menciptakan area protrusi usus bila adapeningkatantekananintraluminal. Divertikula sering terjadi pada kolon sigmoid karenatekanantinggipadaareainidiperlukanuntukmengeluarkan feses ke rektum. Divertikulitis mungkin akut atau  kronis. Bila divertikulum tidak terinfeksi
(divertikulosis), lesi ini menyebabkan sedikit masalah. Namun, bila fekalit
tidak encer dan mengalir dari divertikulum, fekalit dapat terperangkap dan
menyebabkan iritasi dan inflamasi (divertikulitis).
Area terinflamasi terbendung oleh darah dan dapat berdarah. Divertikulitis dapat
menimbulkan perforasi bila massa yang terperangkap di dalam divertikulum
mengikis dinding usus. Divertikulitis kronis dapat mengakibatkan peningkatan
jaringan parut, dan akhirnya penyempitan lumen usus, potensial menimbulkan
obstruksi. Divertikulum Meckel adalah pembentukan sakus usus, penyelidikan terhadap perkembangan embrionik ditemukan pada ilium 10 cm dari sekum. Sakus ini dilapisi oleh mukosa lambung atau dapat mengandung jaringan pankreas. Lapisan mukosa lambung kadang-kadang menimbulkan ulserasi dan berdarah atau perforasi. Selain itu, divertikulum dapat terinflamasi dan melekat pada umbilikus oleh pita fibrosa dan menjadi fokus terjadinya pemilinan usus yang menyebabkan obstruksi. Tindakan terhadap keadaan ini meliputi pembedahan terhadap divertikulum.

D,  Manifestasi Klinis

  1. Kejang perut

  2. Sembelit

  3. Mungkin di awal sedikit diare

  4. Demam

  5. Sakit perut

E.  Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medikal

Penyakit divertikular asimtomatis tidak memerlukan terapi khusus selain
modifikasi diet. Penyakit ringan dapat diobati dengan ketaatan terhadap diet
tinggi serat dan pencegahan konstipasi dengan laksatif (koloid hidrofilik).
Anjurkan klien untuk memberitahu dokter tentang adanya perubahan pola dan
karakter defekasi (konstipasi atau diare), atau jika ada demam, nyeri abdomen, atau terjadi manifestasi urinarius. Divertikulosis dapat diobati dengan intervensi medikal, dengan memungkinkan kolon beristirahat. Klien dengan divertikulitis  akut  berada pada status puasa, mungkin dipasang selang NG, dan menerimacairanparenteralsampainyeri,inflamasi,dan suhu berkurang. Bila episode akut mulai berkurang, klien dapat mencerna cairan oral, dan dilanjutkan dengan diet yang lebih bervariasise cara progresif.Intervensi juga bertujuan untuk mengontrol inflamasi. Berikan antibiotik yang diresepkan dan anjurkan klien untuk :

  1. Menghindari aktifitas yang meningkatkan tekanan
    intraabdomen, seperti membungkuk, mengangkat, batuk, dan muntah.

  2. Minum sedikitnya 8 gelas air setiap hari.

  3. Mengurangi berat badan bila gemuk.


  1. Penatalaksanaan bedah.

Pembedahan diindikasikan untuk klien yang mengalami kompliklasi
seperti hemoragi, obstruksi, abses, atau perforasi. Prosedur pembedahan biasanya termasuk ligasi dan pengangkatan kantung atau colostomy yang terkena bila ada komplikasi. Pada abses atau obstruksi, ahli bedah melakukan reseksi kolon dengan kolostomi temporer, yang dibiarkan sampai kondisi klien membaik. Untuk beberapa klien, kolostomi temporer sendiri memungkinkan usus beristirahat dan menyembuh.

F.   DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Resiko terhadap kerusakan integritas peristomal yang berhubungan dengan sensivitas pada materi bahan yang digunakan.

  2. Kerusakan integritas jaringan stoma yang berhubungan dengan ketidaktepatan ukuran alat yang digunakan, mengakibatkan kerusakan sirkulasi

  3. Inkontinensiausus.

  4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pembedahan, rutinitas praoperasi, dan perawatan pasca operasi.

  5. Nyeri atau nyeri kronis yang berhubungan dengan adanya obstruksi.

G. INTERVENSI

1. Resiko terhadap kerusakan integritas peristomal yang beerhubungan dengan sensivitas pada materi bahan yang digunakan
Tujuan                : menjaga keutuhan jaringan peristomal
Kriteria hasil      : kulit peristoma dan jaringan tetap utuh.












Intervensi


Rasional

Pasca kolostomi
1.      Berikan pectin, mengandung metilselulosa, barier  kulit berbentuk solid
disekitar stoma
2.      Berikan system kantung dua-lembar atau kantung  dengan akses penutup
3.      Kosongkan kantong bila penuh sepertiga sampai setengahnya  oleh feses
atau gas
1.      Untuk melindungi kulit peristoma dari kontak dengan  feses, yang akan
menyebabkan iritasi2.      Agar stoma dapat diinspeksi untuk isinya setiap 12  sampai 24 jam
3.      Untuk mempertahankan segel kantung tetap aman

2. Kerusakan integritas jaringan stoma yang berhubungan dengan ketidaktepatan ukuran alat yang digunakan, mengakibatkan kerusakan sirkulasi
Tujuan                : menjaga keutuhan kulit stoma
Kriteria hasil      : kulit stoma dan jaringan tetap utuh.












Intervensi


Rasional

Pasca kolostomi
1.      Berikan pectin, mengandung metilselulosa, barier  kulit berbentuk solid
disekitar stoma
2.      Berikan system kantung dua-lembar atau kantung  dengan akses penutup
3.      Kosongkan kantong bila penuh sepertiga sampai  setengahnya oleh feses
atau gas
1.      Untuk melindungi kulit peristoma dari kontak dengan  feses, yang akan
menyebabkan iritasi2.      Agar stoma dapat diinspeksi untuk isinya setiap 12  sampai 24 jam
3.      Untuk mempertahankan segel kantung tetap aman

3.      Inkontinensia usus
Tujuan                :  pasien mampu mengeluarkan gas dan feses melalui diversi vekal
Kriteria hasil      : dalam 2 sampai 4 hari setelah pembedahan, pasien mempunyai bising usus dan mengeluarkan gas dan feses melalui diversi vekal












Intervensi


Rasional

Pasca kolostomi

1.      Kosongkan feses dr lubang dasar kantung, dan kaji  kuantitas dan
kualitas feses
1.      Untuk mendokumentasikan aliran balik fungsi usus  normal

4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pembedahan, rutinitas
praoperasi, dan perawatan pascaoperasi.
Tujuan :
Kriteria hasil :
1.      Pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan, temasuk
persiapan praoperasi dan sensasi, dan mendemonstrasikan latihan pascaoperasi dan
menggunakan alat sebelum prosedur pembedahan atau pada bedah kedaruratan, selama
periode pascaopeasi segera.












Intervensi


Rasional



  1. Kaji pemahaman pasien tentang diagnosis, prosedur pembedahan, rutinitas
    praoperasi, dan program pascaoperasi.


  1. Klarifikasi dan jelaskan diagnosis dan prosedur penbedahan sesuai
    kebutuhan.

  2. Berikan waktu pada pasien untuk menngajukan pertanyaan dan
    mengekspresikan perasaan ansietas ; bersikap menenangkan dan mendukung.

  3. Menentukan pengalaman bedah masa lalu dan efek positif atau negative pada
    pasien. Mengkaji sifat masalah atau rasa takut yang berkenaan dengan
    pembedahan. Serta mendokumentasikan pengkajian dan memberitahu orang lain  yang
    terlibat dalam perawatan pasien.

  4. Member informasi tertulis sederhana untuk menguatkan pelajaran.



  1. Memberikan  informasi tertulis dan verbal pada bahasa asli pasien untuk pasien yang  bicara bukan dengan bahasa Indonesia. Bersedia untuk menampung masalah utamanya.


5. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit, cedera, atau prosedur bedah.
Tujuan : kualitas nyeri yang dirasakan pasien hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
1.      Dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif pasien tenntang ketidaknyamanan menurun, didokumentasikan oleh skala nyeri.
2.      Pasien tidak menunjukkan indikator-indikator nyeri nonverbal
3.      Indicator autonomik berkurang atau tidak ada.
4.      Respon verbal, seperti menangis atau merintih tak ada.












Intervensi


Rasional



  1. Kembangkan  pendekatan sistemik terhadap penatalaksanaan nyeri untuk
    setiap pasien.


  1. Pantau  pasien pada interval sering terhadap ketidaknyamanan. Gunakan
    metode formal  tentang pengkajian nyeri.


  1. Evaluai  pasien yang mengalami nyeri akut dan kronis terhadap
    indicator nonverbal dari  ketidaknyamanan.

  2. Evaluasi  pasien dengan nyeri akut terhadap indicator-indikator
    autonomic.


  1. Evaluasi  riwayat kesehatan pasien terhadap penggunaan alcohol atau
    obat-obatan (diresepkan  atau obat bebas)

1.      Untuk mencapai hasil
terbaik, perawat primer  harus berkolaborasi dengan tim pengontrol nyeri, ahli
bedah, ahli anatesi,  dan pasien.
2.      Satu metode memungkinkan pasien merentangkan  ketidaknyamanan paad
askala 0 (tidak ada ketidaknyamanan) sampai 10 (nyeri  paling buruk). Metoda
lain dapat digunakan, tetapi metoda terpilih harus  digunakan konsisten
3.      -4.      Waspada bahwa pasien dengan nyeri kronik  (>6 bulan) mungkin tidak
menunjukkan respon autonomic.
5.      Riwayat positif adiksi terhadap alcohol atau  obat-obatan yang
mempengaruhi dosis efektif dari analgesic (mis. mungkin  diperlukan lebih atau
kurang). Konsultasi control nyeri bila tersedia. Semua  pemberi perawatan
kesehatan harus konsisten dalam pembatasan situasi sambil  memberikan control
nyeri efektif melalui metode farmakologis dan non  farmakologis. Konsultasi
psikiatrik mungkin diperlukan.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : JNE | Facebook | Home
Copyright © 2015. Kumpulan Asuhan Keperawatan - Pusat Istana Keperawatan
Template Created by Creating Website Published by Utama Corporation
Proudly powered by Blogger