meta charset='utf-8'/> Asuhan Keperawatan Kista Ovari | Kumpulan Asuhan Keperawatan
Home » » Asuhan Keperawatan Kista Ovari

Asuhan Keperawatan Kista Ovari

Written By Unknown on Sabtu, 19 November 2011 | 02.41

A.  Definisi

Kista ovarium adalah tumor jinak pada ovarium. Merupakan tumor paling banyak pada wanita usia 20 – 40 th.

Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya memakai kesuburan (Soemadi, 2006).

Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).

Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).


Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.

B.    Etiologi

Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi; Gaya hidup tidak sehat, diantaranya;

  1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

  2. Zat tambahan pada makanan

  3. Kurang olah raga

  4. Merokok dan konsumsi alcohol

  5. Terpapar denga polusi dan agen infeksius

  6. Sering stress

Dilaporkan angka risiko relatif kejadian kista ovari sebesar 1,9 pada wanita yang sering menggunakan bedak talk sebagai pengering pada daerah perineum dan pembalut wanitanya dibandingkan pada wanita yang tidak menggunakannya.

Faktor genetik Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

C.  Klasifikasi

Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu : (Ignativicus, bayne, 1991)

  1. Kista non neoplasma

Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah :

  1. Kista non fungsional

Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks

  1. Kista fungsional

1)      Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.

2)      Kista korpus luteum/lutein, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi. Terbagi menjadi dua jenis yakni Kista granulose lutein yang sering terjadi pada kehamilan dan kista teka lutein.

  1. Kista neoplasma (Winjosastro. et.all 1999)

    1. Kistoma ovarii simpleks

Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista

  1. Kistodenoma ovarii musinoum

Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma

  1. Kistadenoma ovarii serosum

Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)

  1. Kista Endrometreid

Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid

  1. Kista dermoid

Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis

D.    Manifestasi Klinis

Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :

  1. haid tidak teratur

  2. ketegangan menstrual yang terus meningkat

  3. menoragia

  4. nyeri tekan pada payudara

  5. menopause dini

  6. rasa tidak nyaman pada abdomen

  7. dispepsia

  8. tekanan pada pelvis

  9. sering berkemih

  10. flatulenes

  11. rasa begah setelah makan makanan kecil

  12. lingkar abdomen yang terus meningkat

Pada stadium lanjut, gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan cairan dalam rongga perut) di dalam rongga perut, sehingga perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.

E.  Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.

Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

F.    Prognosis

William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV.
Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.

Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma.

Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%.



G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kista ovarium dilakukan berdasarkan gejala dan tanda-tandanya. Pemeriksaan fisik dan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium dapat membantu diagnosis dari beberapa tipe kista. Untuk mengkonfirmasi tipe kista ovarium, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium, Antara lain:

  1. Ultrasonografi (USG)

Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

  1. Laparoskopi

Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

  1. PA

  2. MRI / CT Scan

Apabila telah masuk pada stadium ganas, maka diperlukan pemeriksaan tumor marker.

Tabel 1. Klasifikasi Kista Ovari ganas maupun jinak























KlasifikasiGanasJinak
Berdasarkan pemeriksaan Fisik-          Pergerakkan  Sulit digerakkan (fixed / menetap)

-          Konsistensi / Isi Padat (solid)

-          Terdapat di  1 sisi tubuh 2 sisi tubuh

-          Permukaan Berdungkul-dungkul
-          Pergerakkan Mudah digerakkan (mobile)

-           Konsistensi / Isi Kistik

-          Terdapat hanya di 1 sisi atau 2 sisi tubuh

-           Permukaan Halus dan tidak berdungkul (smooth)
Berdasarkan hasil radiografi-           Tumor solid (padat) atau campuran

-           Banyak sekat dan tebal sekat (dinding) lebih dari 3 mm

-           2 sisi

-          Membentuk massa di perut (asites)
-          Kista sederhana dengan ukuran kurang dari 10 cm

-           Tebal sekat kurang dari 3 mm

-          1 sisi

-          Tidak membentuk massa di perut
Berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi (PA) sel-selnya-           Ada perlekatan sehingga sulit digerakkan (fixed)

-          Kapsul (pembungkus) kista tidak utuh / pecah / rupture
-          Tidak ada perlekatan sehingga mudah digerakkan (mobile)

-           Kapsul (pembungkus) kista utuh

H.  Penatalaksanaan

Untuk kista folikel, kista ini tidak perlu diobati karena akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-3 bulan. Tetapi tetap harus dikonsultasikan pada dokter.

Untuk kista lutein golongan granulosa lutein, yang sering terjadi pada wanita hamil, akan sembuh secara perlahan-lahan pada masa kehamilan semester ketiga, sehingga jarang dilakukan operasi. Sedangkan untuk golongan teka lutein, maka akan menghilang secara spontan jika faktor penyebabnya telah dihilangkan

Untuk Kista polisistik indung telur yang menetap / persisten, operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit. Untuk kista fungsional, dapat digunakan pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.

Bagi wanita yang menjalani operasi kista ovarium, sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual dalam masa penyembuhan.

Akan tetapi, jika kista cepat membesar, tidak menghilang setelah dilakukan beberapa terapi, terasa nyeri, dan diderita oleh wanita yang sudah masuk menopause, maka dokter akan melakukan pembedahan yang dapat sampai mengangkat seluruh peranakan (histerectomy).

Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurunan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

Proses penyembuhan luka operasi pengangkatan kista adalah sama dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan (long. 1996).

Fase-fase penyembuhan luka antara lain :

  1. Fase I

Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.

  1. Fase II

Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah.

  1. Fase III

Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.

  1. Fase IV

Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

Apabila sel Kista Ovari menjadi ganas dan membentuk sel kanker ovarium, maka  memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.

Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :

  1. Operasi (stadium awal)

  2. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)

  3. Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)


   I.   DIAGNOSA KEPERAWATAN 



  1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan oleh karena adanya luka operasi

  2. Cemas b.d kurangnya pengetahuan mengenai tentang kondisi kandungan seelah dilakukan operasi



















Tgl


Diagnosa Keperawatan (P-E-S)


Tujuan dan Kriteria Hasil


Rencana (Intervensi) Keperawatan


Rasional

22 sept 2011

22 sept 2011

1.Nyeri bd terputusnya kontinuitas jaringan olekarena adanya luka operasi.

2.Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi kandungan setelah operasi.
Tujuan: Setelah diberi tindakan      keperawatan selama 3 hari, nyeri berkurang.

Kriteria H :

-  klien dapat beradaptasi dengan nyerinya

-  Klien tidak sering menyeringai sambil memegangi perutnya

-  Klien bisa beristirahat

-  Klien bisa memenuhi kebutuhan dasarnya tanpa bantuan sepenuhnya

Tujuan :

Setelah 1 X 24 Jam diberi HE,    gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang.

Kriteria H:

-klien tampak tenang

-   klien tidak sering bertanya tentang kandungannya

-          klien kooperatif

Mandiri

-          Kaji tingkat dan intensitas nyeri.

-          Atur posisi senyaman mungkin

-          Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi

Kolaborasi

-          pemberian terapi analgesik: mefentan

Mandiri

-          Kaji  dan pantau tingkat kecemasan klien

HE

-          Berikan dukungan emosional pada klien

-          Bina hubungan yang terapeutik dengan klien

-          Anjurkan klien untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu, ketakutan yang berkaitan dengan manifestasi penyakit

-          Dorong keterlibatan klien dalam aktivitas rekreasi dan aktivitas pengalih yang sesuai dengan usia
-          Mengidentifikasi skala nyeri dan merencanakan intervensi berdasarkan skala nyeri

-          Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri

-          Merelaksasi otot – otot tubuh terutama otot abdomen

-          menghilangkan/menurunkan sensitivitas ambang rasa nyeri

-          Mengidentifikasi lingkup masalah, sebagai pedoman tindakan selanjutnya

-          Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya

-          Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat kecemasan klien

-          untuk mengatasi masalah yang timbul

-          meningkatkan rasa percaya diri klien

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : JNE | Facebook | Home
Copyright © 2015. Kumpulan Asuhan Keperawatan - Pusat Istana Keperawatan
Template Created by Creating Website Published by Utama Corporation
Proudly powered by Blogger