meta charset='utf-8'/> Asuhan Keperawatan Obesitas | Kumpulan Asuhan Keperawatan
Home » » Asuhan Keperawatan Obesitas

Asuhan Keperawatan Obesitas

Written By Unknown on Minggu, 27 November 2011 | 02.54


A. Definisi

Obesitas adalah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas berasal dari bahasa Latin yang berarti makan berlebihan, tetapi saat ini obesitas didefinisikan sebagai kelainan ata penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.

Morbid obesity adalah keadaan kesehatan dan status gizi dengan akumulasi lemak tubuh berlebih disertai resiko kelainan patologis yang multi organ.




B.  Klasifikasi

Klasifikasi berat badan rendah, normal,berat badan lebih berdasarkan indeks masa tubuh.
































Indeks Massa Tubuh (BMI)


Kg/m2

Berat Badan Rendah<18,5
Normal18,5 – 22,9
Berat Badan Lebih23,0
Berat Bdan Lebih dengan Resiko23,0 – 24,9
Obes 1 (ringan)25,0 – 40,0
Obes 2 (sedang)40,0 – 100,0

Jenis obesitas:

a. Tipe Android (tipe buah apel)

Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan dibagian tubuh sebelah atas yaitu disekitar dada, bahu, leher dan muka. Pada muka ini lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe Genoid (tipe buah pear) asal bersamaan dengan diet dan olah raga yang tepat.

b. Tipe Genoid (tipe buah pear)

Pada tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih sukar untuk menurunkan berat badan.

C.   Etiologi

Penyebab morbid obesity adalah multifaktor, faktor berikut ini sedikitnya terlibat pada beberapa kasus obesitas:

a. Genetik Atau Keturunan

Obesitas pada manusia biasanya keturunan, tetapi memisahkan penyebab genetik dengan lingkungan adalah sukar, kemungkinan:

a) Menempatkan senter makan di atas senter makan normal.

b) Herediter abnormal pada faktor psikik

c) Faktor genetik pada pemakaian energi dan penyimpanan energi

Bakat gemuk faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya belum jelas, tetapi ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika serikat dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk, peluang tersebut akan meningkat menjadi 40-45% bila salah satu orang tuanya menderita obesitas, dan akan meningkat lagi menjadi 70-80% bila kedua orang tuanya mengalami obesitas. Ada penyakit Impaired Glucose Tolerance (IGT) dengan pemeriksaan biologi molekular (b cell dysfunction) menunjukkan ada kelainan genetik dan dengan gejala obesitas.

b. Faktor Endokrin

Hipotiroidei menjadi obesitas, kemungkinan karena hilangnya aktivitas katabolisme, juga karena kerja tiroksin untuk liposis, dapat dilihat pada miksudem

Resisten insulin pada diabetes tipe II sering merupakan akibat obesitas, menurunnya reseptor insulin terutama di otot skelet,  hati dan jaringan lemak.

Fenomena ini diikuti dengan menurunnya kemampuan insulin untuk transpor glukose, oksidasi glukose, dan hipogenesis leh sel adipose.

Sensitivitas penghambat liposis dalam sel lemak individu obesitas menjadi naik.

c.  Faktor Sarafi (nerognik)

Pada manusia kerusakan fungsional atau strktural seperti tumor, trauma dan inflamasi sampai dengan memberikan obesitas.

d.   Pola Makan

Saat ini pola makan adalah faktor yang paling memengaruhi terjadinya kasus obesitas. Bayangkan di mana-mana ada mall baru, setiap kali anak-anak muda jadi kepingin mencoba mall yang baru. Janjian sama teman di mall. Menunggu waktu ekstrakulikuler ke mall. Weekend ke mall lagi. Padahal di mall jarang ada restoran yang menyediakan makanan sehat. Yang ada hanya burger, pizza, ayam goreng, crepes, dan lain-lain yang masuk kategori junk food.” Padahal junk food mempunyai kandungan tinggi kalori, dari karbohidrat dan dari lemak. Itu yang menyebabkan berat badan cepat naik," ujar Dr Leane.

Pola hidup modern, dengan pola makan modern pula, yang sekarang ini banyak dianut orang ternyata sangat berpotensi rawan Obesitas. Sebab, gaya hidup dan pola makan yang disebut modern ini jelas sangat mengancam kualitas kesehatan, justru karena kelebihan gizinya. Kelebihan gizi membuat orang menjadi kegemukan yang mengarah munculnya penyakit kronis, khususnya diabetes melitus (DM).

Obesitas dapat terjadi karena salah satu faktor atau kombinasi faktor, antara lain (1) suatu asupan makanan yang berlebih, (2) rendahnya pengeluaran energi basal, dan (3) kurangnya aktivitas fisik. Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan atau digunakan untuk beraktivitas. Karena asupan terlalu banyak sementara pengeluaran kurang, maka terjadilah mula-mula overweight (kelebihan berat) dan selanjutnya menjadi obese (gemuk).

e.  Gaya Hidup

Seberapa sering anak-anak muda kita berjalan kaki, Ke mal atau ke kafe sewaktu weekend banyak yang mengendarai mobil, Banyak diantaranya yang malas ikut kegiatan ekstrakulikuler, dan mereka merasa lebih nyaman di kamar sambil main PS. Itulah yang menyebabkan tidak adanya output energi,

f.   Lingkungan

Pengaruh keluarga, biasanya dari keluarga mampu membelikan anak atau keluarganya makanan, atau uang saku yang berlebihan, pengaruh trend makanan junk fod seperti kentang goreng, pizza, burger, salad, ice cream,dll.

1) Kebiasaan

Kebiasaan makan dalam suatu keluarga secara tidak langsung di contoh oleh anak – anaknya, misalnya makan yang berlebih, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack dan makan di luar waktu makan.





2) Cara Memilih Makan Yang Salah

Hal ini terjadi terutama disebabkan semakin banyaknya di jual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi (padat energi), seperti pizza, hamburger, fried chicken, spageti, es krim, kue tart, donat, dan sebagainya yang mengandung lemak tinggi dan gula berlebih.

3) Menggoreng dan Memasak Dengan Santan:

Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh sehingga sukar dipecah menjadi bahan bakar. Selain itu, makanan yang digoreng dan diberi santan biasanya terdiri dari bahan – bahan makanan tinggi kolesterol misalnya daging goreng, gulai, dan rendang. Oleh karena itu biasakanlah lebih sering memasak dengan cara memepes, mengetim, membakar atau memanggang.

4) Kebiasaan Mengemil

Makan di luar waktu makan, bila tidak dibatasi, kalori yang masuk akan sanggat tinggi karena biasanya makanan yang dipakai kue – kue manis dan gurih.

5) Melupakan Makan Pagi

Karena buru – buru dan dianggap tidak praktis, orang biasanya akan melewatkan makan paginya. Tidak disadari bahwa hal tersebut mengakibatkan cepat lapar. Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapat energi saat akan kerja, Rasa lapar akibat tidak makan pagi akan dikompensasikan beberapa jam kemudian sehingga secara tidak sadar timbul perasaan lapar dan akan mencari makanan camilan ataupun makan siang yang jumlahnya jauh lebih baik banyak dibandingkan kalau sudah makan pagi sebelumnya.

6) Makan Makanan Secara Berlebihan

Frekuensi makan yang tidak teratur Menghindari nasi: penderita obesitas terkadang begitu hobi terhadap nasi, mereka beranggapan bahwa seolah – olah nasi adalah sumber peningkatan berat badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan kemakanan lain sebagai pengganti nasi.



g. Psikologi

Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka depresi. Karena dapat di konotasikan waktu luang sebagi jam makan.

Stres atau depresi merupakan faktor pisikologis (emosional). Menurut Dr.Hilde Bruch, faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktifitas fisik. Jika seseorang tidak dapat mengunakan bahan bakar yang telah disediakan maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain sehinga menyimpanya sebagai lemak. Proses tersebut menyebabkan glukosa darah menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang mempunyai tekanan psikologis.

Stres (rasa cemas, takut) akan muncul pada pola yang berbeda untuk setiap orang. Beberapa orang dalam menghadapinya akan mengalihkan perhatian pada makanan, terutama yang menjadi kesukaanya, memang sementara waktu, hal tersebut dapat mengatasi kejemuan, menimbulkan perasaan puas, dan mengatasi suasana stres. Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol, otomatis akan timbul suatu kebiasaan makan yang tidak baik karena dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas). Terutama bila makanan yang sering dimakan kaya akan kalori, tinggi lemak dan karbohidrat.(http.e-psikologi.com,07)



D.  Patofisiologi

Metabolisme glukosa berperan penting dalam mengatur penumpukan lemak, selama kelebihan kalori disimpan sebagai lemak dan kekurangan glukosa akan terjadi pelepasan lemak sebagai sumber energi. Individu yang obesitas mampu menyimpan lemaknya dengan mudah, namun tidak mampu melepas lemak ini atau membakarnya untuk  energi.

Faktor heredity  juga berperan penting dalam perkrmbangan obesity. Individu yang obes ditandai dengan kebiasaan makan pada malam hari dan sering kali tidak makan saat pagi hari.

Ada teori yang menjelaskan mengenai perkembangan obesitas yaitu pertama, teori sel adipose menjelaskan jumlah sel di jaringan adipose meningkat maka ukuran sel lemak juga meningkat. Kedua, teori point set bahwa individu yang mempunyai tingkat predetermine untuk berat badan relatif stabil selama usia dewasa, maka dengan meningkatnya intake kalori maka metabolic rate meningkat untuk membakar kelebihannya, bila intake dikuirangi maka metabolisme menurun untuk menyimpan energi.

Faktor sosial budaya juga berperan penting dalam peningkatan berat badan.pola makan tiap budaya dan sosial berbeda. Begitu juga denga faktor psikologis bisa memberikan suatu dasar untuk pola makan. Pada remaja juga kebiasaan makannya adalah mencoba berbagai makanan dan senang makan dengan kawan bermainn dibandingkan dengan keluarga. Para remaja umumnya emosional mereka yang dipengaruhi adalah gangguan body image, harga diri rendah, isolasi sosial, depresi dan merasa ditolak.



E. Manifestasi klinis

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.

Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :

a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.

b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.

c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.

d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.

e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas.

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.



F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan metabolik atau endorin

Dapat menyatakan ketidaknormalan misalnya hipotiroidisme, hipogonadisme, peningkatan pada insulin, hiperglikemi. Dapat juga menyebabkan gangguan neuroendokrin dalam hipotalamus yang mengakibatkan berbagai gangguan kimia.

2. Pemeriksaan antropometrik

Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot.



G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara bersama-sama. Terdapat banyak pilihan antara lain:

  1. Gaya hidup

Perubahan perilaku dan pengaturan makan. Prinsipnya mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Kata pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan puluh sembilan tahun”. Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang sehat. Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik. Makan jumlah sedang makanan kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah. Pilih jenis makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga teratur, dan kurangi waktu nonton TV.

  1. Bedah bariatrik

Di Amerika Serikat cara ini dianjurkan bagi mereka dengan IMT 40 kg/m2 atau IMT 35,0-39,9 kg/m2 disertai penyakit kardiopulmonar, DM t2, atau gangguan gaya hidup dan telah gagal mencapai penurunan BB yang cukup dengan cara non-bedah. (NIH Consensus Development Panel pada tahun 1991). Kemudian pada tahun 2004 ASBS Consensus menganjurkan juga cara ini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9 kg/m2 dengan keadaan komorbid yang dapat disembuhkan atau diperbaiki secara nyata. Dapat diharapkan penurunan BB maksimal 21–38%.

  1. Obat-obat anti obesitas

Ada obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan satiation, menurunkan selera makan, atau satiety, meningkatkan rasa kenyang, atau keduanya), contohnya Phentermin. Obat ini hanya dibolehkan untuk jangka pendek. Orlistat menghambat enzim lipase usus sehingga menurunkan pencernaan lemak makanan dan meningkatkan ekskresi lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali monoamine neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit dopamin), menyebabkan peningkatan senyawa-senyawa tersebut di hipotalamus. Rimonabant termasuk kelompok antagonuis CB1, yang menghambat ikatan cannabinoid endogen pada reseptor CB1 neuronal, sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan BB. Orlistat, sibutramin dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan memperhatikan efek sampingnya; rimonabant masih ditunda di Amerika Serikat. Sayangnya obat-obatan tersebut tiada yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan orang. Oleh karena itu industri farmasi masih mengembangkan banyak calon obat baru.

  1. Balon Intragastrik

Balon Intragastrik adalah kantung poliuretan lunak yang dipasang ke dalam lambung untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk makanan.

  1. Pintasan Usus

Pintasan usus meliputi penurunan berat badan dengan cara malabsorbsi. Tindakan ini kadang-kadang dilakukan dengan diversi biliopankreatik, yang memerlukan reseksi parsial lambung dan eksisi kandung empedu dengan transeksi jejunum . jejunum proksimal dianastomosiskan (dihubungkan melalui pembedahan) ke ilium distal, dan jejunum distal dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung.

H.  Komplikasi

Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:

  1. Hipertensi.

Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang. Semuanya dapat menungkatkan tekanan darah.

  1. Diabetes.

Obesitas merupakan penyebab utama DM t2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

  1. Dislipidemia.

Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol (jahat), penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol (baik) dan peningkatan kadar trigliserida. Dispilidemia berisiko terbentunya aterosklerosis.

  1. 4.      Penyakit jantung koroner dan Stroke

Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.

  1. Osteoartritis.

Morbid obesity memperberat beban pada sendi-sendi.

  1. 6.      Apnea tidur.

Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang selanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.

  1. Asthma

Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.

  1. 8.      Kanker

Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker kolon, rektum dan prostat.

  1. 9.    Penyakit perlemakan hati

Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis.

  1. 10.  Penyakit kandung empadu

Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.

I.  Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

  1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan asupan nutrisi.

Tujuan : Menyeimbangkan berat badan

Kiteria hasil :

  1. Pasien menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam progam latihan.

  2. Menunjukan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.













Intervensi


Rasional

Mandiri

  • Buat rencana makan dengan pasien





  • Timbang berat badan tiap hari.



  • Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan masukan.

Kolaborasi

  • Berikan diet cair, lebih lembut, tinggi protein dan serat dan rendah lemak  dengan tambahan cairan sesuai kebutuhan.

  • Rujuk ke ahli gizi





  • Berikan tambahan vitamin seperti B12 injeksi, folat, dan kalsium sesuai indikasi.















Health Education

  •  Anjurkan klien untuk banyak melakukan aktifitas.



  • Setelah tindakan pembagian, kapasitas gaster menurun kurang lebih 50 ml, sehingga perlu makan sedikit.

  • Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi.

  • Makan berlebih dapat menyebabkan mual/muntah.





  • Memberikann nutrisi tanpa menambah kalori.







  • Perlu bantuan untuk perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

  • Tambahan dapat diperlukan untuk mencegah anemia karena gangguan absorbsi. Peningkatan motilitas usus setelah prosedur bypass merendahkan kadar kalsium dan meningkatkan absorbsi oksalat, diaman dapat menimbulkan pembentukkan batu urine.





  • Melakukan banyak aktifitas dapat lebih banyak membakar kalori.













































  1. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

Tujuan : Pola nafas menjadi efektif

Kriteria hasil:

  1. Memperthankan ventilasi adekuat.

  2. Tak mengalamai sianosis atau tanda hipoksia lainnya.













Intervensi

Rasional
Mandiri:

  • Awasi kecepatan/kedalaman nafas. auskultasi bunyi nafas. Selodiki adanya sianosis, peningkatan gelisah.

  • Tnggikan kepala tempat tidur 30 derajat.







  • Dorong latihan nafas dalam.









  • Ubah posisi secara periodik dan ambulasi sedini mungkin.





Kolaborasi:

  • Berikan oksigen tambahan.





  • Bantu penggunaan alat pernafasan.



  • Awasi nadi oksimetri bila diindikasikan.



  • Pernafasan mengorok menurunkan ventilasi, potensial elektasis, dan dapat mengakibatkan hipoksia.

  • Mendorong pengembangan diafragma atau ekspansi paru-paru maksimal dan meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga torak.

  • Meningkatkan ekspansi paru maksimal dan alat pembersihan jalan nafas, sehingga menurunkan resiko elektasis, pneumonia.

  • Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru, memobilisasi dan mengeluarkan skret.



  • Memaksimalkan  sediaan oksigen untuk pertukaran dan penurunan kerja nafas.

  • Meningkatkan ekspansi parun, menurunkan atelektasis.



  • Menunjukkan ventilasi / oksigenasi dan status asam basa, digunakan sebagai dasar evaluasi yang perlu untuk terapi pernafasan.




  1.   Diare berhubungan dengan perubahan diet serat.

Tujuan : Diare teratasi

Kriteria hasil:

  1. Meningkatkan fungsi usus mendekati normal.

  2. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional pengobatan.













Intervensi


Rasioanl

Mandiri:

  • Observasi frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah.

  • Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat.



  • Batasi masukan lemak sesuai indikasi.





  • Observasi tanda syndrom dumping, misalnya diare cepat, mual , berkeringat, lemah setelah makan.

Kolaborasi:

  • Berikan obat sesuai indikasi.



  • Awasi elektrolit serum.



  • Diare sering terjadi setelah memuali diet.

  • Meningkatkan konsistensi feses. Meskipun cairan perlu untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah dapat mempengaruhi diare.

  • Diet rendah lemak mampu menurunkan resiko feses ciaran dan membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak.

  • Pengosongan cepat makan dari lambung dapat mengakibatkan distress gasterdan gangguan fungsi usus.



  • Mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi

  • Peningkatan kehilangan gaster potensial resiko ketidakseimbangan elektrolit, dimana dapat menimbulkan komplikasi lebih serius.




  1. Gangguan perfusi  jaringan berhubungan dengan imobilisasi atau tirah baring.

Tujuan : Perfusi jaringan baik

Kriteria hasil:

  1. Mempertahankan perfusi individu yang tepat, misal, kulit hangat/kering dan tanda vital dalam rentang normal.

  2. Mengidentifikasi faktor penyebab/resiko.

  3. Menunjukkan perilaku memperbaiki/mempertahankan sirkulasi.














Intervensi


Rasional

Mandiri:

  • Dorong latihan rentang gerak sering untuk kaki dan tumit.



  • Dorong ambulasi dini;hentikan duduk atau mengantungkan kaki di tempat tidur.

Kolaborasi:

  • Berikan terapi heparin, sesuai indikasi.



  • Merangsang sirkulasi pada ekstremitas bawah;menurunkan statis vena.

  • Duduk mengkonstriksi aliran vena;tetapi jalan mendorong aliran balik vena.



  • Dapat digunakan secara profilaksis, umtuk menurunkan resiko pembentukkan thrombosis atau mengobati tromboemboli.






  1. Gangguan citra tubuh atau harga diri berhubungan dengan factor psikososial (penekanan untuk menguruskan badan).

Tujuan : Meningkatkan rasa percaya diri klien

Kriteria Hasil :

  1. Mengakui diri sebagai individu yang memiliki tanggung jawab.

  2. Klien mampu bersosialisasi dengan lingkungan secara normal.

  3. Menunjukkan beberapa penerimaan diri.

  4. Mencari informasi dan secara aktif mengikuti penurunan berat badan dengan tepat.













Intervensi


Rasional

Mandiri:

  • Tentukan motivasi pasien untuk menurunkan berat badan.









  • Tingkatkan komunikasi terbuka menghindari kritik tentang perilaku pasien.



Kolaborasi :

  • Rujuk ke kelompok terapi pendukung



  • Karena konsep diri buruk individu sering mengalami kesulitan berhubungan sehingga pasien kurang berhasil mempertahankan penurunan berat badan.

  • Mendukung tanggung jawab pasien untuk mengurangi berat badan, menungkatkan keinginan untuk mengatasi masalah.



  • Kelompok pendukung dapat memberikan teman, meningkatkan motivasi dan memberikan solusi praktis untuk masalah umum.




  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelebihan berat badan.

Tujuan : Kebutuhan untuk beraktivitas klien terpenuhi.

Kriteria hasil :

  1. Aktivitas fisik meningkat

  2. ROM normal

  3. Klien bisa melakukan aktivitas













Intervensi


Rasional

Mandiri :

  • Buat jadwal kegiatan yang harus dilakukan klien dan minta klien melakukannya dengan disiplin.

  • Bantu klien dalam melakukan kegiatan yang susah dilakukan klien.

  • Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan.

  • Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan.

  • Kolaborasi dengan fisioterapi.





  • Mengurangi kekakuan dan membiasakan klien beraktivitas.



  • Membantu klien agar lebih mudah melakukan aktivitas.




  1. Kelebihan cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan

Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.

Kriteria hasil :

  1. Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang lambat

  2. Mempertahankan pembatasan diet dan cairan

  3. Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema

  4. Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi napas pendek

  5. Melaporkan penurunan rasa haus

  6. Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut













Intervensi


Rasional



  • · Membaca label untuk kandungan natrium

  • · Hindari makanan yang menyenangkan, makanan kaleng, dan makanan beku.

  • · Masak tanpa garam dan gunakan bumbu-bumbu untuk menambah rasa (lemon, kemangi, mint)

  • · Jaga ekstremitas yang mengalami edema setinggi diatas jantung apabila mungkin (kecuali jika terdapat kontraindikasi oleh gagal jantung)

  • · Instruksikan individu untuk menghindari celana yang terbuat dari kaos/korset, celana setinggi lutut, dan menyilangkan tungkai bawah dan latihan tetap meninggikan tungkai bila mungkin.

    • The American Heart Association merekomendasikan konsumsi sehari-hari kurang dari 6grams garam meja

    • · Gunakan cuka mengganti garam untuk rasa sop, rebusan, dan lain-lain

Share this article :

2 komentar:

 
Support : JNE | Facebook | Home
Copyright © 2015. Kumpulan Asuhan Keperawatan - Pusat Istana Keperawatan
Template Created by Creating Website Published by Utama Corporation
Proudly powered by Blogger