meta charset='utf-8'/> Asuhan Keperawatan Burst Abdomen | Kumpulan Asuhan Keperawatan
Home » » Asuhan Keperawatan Burst Abdomen

Asuhan Keperawatan Burst Abdomen

Written By Unknown on Sabtu, 20 Juli 2013 | 12.49



A.  Definisi

Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan luka di dalam perut.

Abdominal wound dehiscence dan hernia insisional adalah bagian yang sama dari proses kegagalan penyembuhan luka operasi. Abdominal wound dehiscence terjadi sebelum penyembuhan kulit, sedangkan
hernia insisional terjadi saat penyembuhan insisi kulit yang membaik

B.  Etiologi

2.2.1           Pre operasi

  1. Batuk

  2. Anemia

  3. Malnutrisi

  4. Hypoalbumin

2.2.2           Operasi

  1. Tipe insisi

  2. Jahitan luka

2.2.3           Post operasi

  1. Batuk

  2. Distensi abdominal

  3. Ascites

  4. Vomiting

  5. Kebocoran usus

  6. Infeksi

  7. Hematoma

  8. Ketidakseimbangan elektrolit

  9. Jaundice

C.  Patofisiologi

Burst Abdomen bisa disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi dan post operasi. Pada faktor pre operasi, hal-hal yang berpengaruh dalam factor pre operasi ini adalah usia,kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus, dan malnutrisi. Pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Kejadian tertinggi burst abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun. Selain itu adanya anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin bisa menyebabkan terjadinya burst abdomen. Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan  tingkat hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka. Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen. Penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi. Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam penundaan penyembuhan, seseorang yang  memiliki tingkat protein serum di bawah 6 g / dl.  Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino diperlukan. VitaminC sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan luka. Kekurangan vitamin C terkait dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound dehiscence. Seng adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis.

Untuk factor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan sayatan, penutupan peritoneum, dan jahitan bahan. Kontraksi dari dinding abdomen menyebabkan tekanan tinggi di daerah lateral pada saat penutupan. Pada insisi midline, ini memungkinkan menyebabkan bahan jahitan dipotong dengan pemisahan lemak transversal. Dan sebaliknya, pada insisi transversal, lemak dilawankan dengan kontraksi. Otot perut rektus segmental memiliki suplai darah dan saraf.  Jika irisan sedikit lebih lateral, medial bagian dari otot perut rektus mendapat denervated dan akhirnya berhenti tumbuh.  Ini menciptakan titik lemah di dinding dan pecah perut.

Faktor post operasi terdiri dari peningkatan dari intra-abdominal pressure  yang menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Dapat dipicu juga jika mengangkat beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan akibat konstipasi. Terapi radiasi dapat mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan pematangan kolagen. Antineoplastic agents menghambat penyembuhan luka dan luka penundaan perolehan dalam kekuatan tarik.

D.  Manifestasi klinis

  1. Dehiscence selalu ditunjukkan pada 7-14 hari setelah operasi

  2. Luka distrupsi mungkin terjadi tanpa tanda

  3. Ketegangan atau perpindahan struktur

  4. Pasien sering menunjukkan “sensasi penyobekan” atau merasakan sesuatu yang pernah diberikan

  5. Terlihat serosa tidak berfungsi dari luka. Itu terlihat lebih dari 85 % dari masalah



E.  Pemeriksaan diagnostik

  1. Tes BGA (Darah lengkap)

Hemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih, dan ketidakseimbangan elektrolit.

2. CT scan atau MRI

3. Sinar X abdomen

Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.

F.  Penatalaksanaan

Tindakan operasi:

Operasi pembedahan, dilakukan untuk menutup lubang dan memperkuat bagian yang lemah, Otot perut dirapatkan menutupi lubang yang ada.

  1. Kebanyakan untuk pasien akut atau baru saja terjadi luka disarankan untuk operasi kembali.

  2. Kebanyakan teknik yang utama dalah segera menjahit kembali pada tempat jahitan semula yang mengalami perobekan.

  3. Pemberian antibiotic preoperative spektum meluas.

  4. Bebaskan lipatan peritonim dan usus untuk jarak yang pendek pada permukaan yang dalam dari luka pada kedua sisi.

  5. Masukkan jahitan luka yang dalam.

  6. Kemudian proses akir dari dinding abdomen, yakinlah untuk mengambil potongan yang dalam dari jari, memakai materi jahitan yang banyak dan hindari tegangan yang berlebihan pada luka.

  7. Tutup kulit dengan agak longgar dan mempertimbangkan pemakaian pengering luka dangkal. Jika terjadi infesi luka yang buruk , jangan biarkan luka terbuka dan bungkuslah.

Penumpukan Jahitan.

Ada beberapa teknik, tetapi pada prinsipnya adalah :

  1. Memakai jahitan luka yang padat dan tidak menyerap.

  2. Luas potongan  paling tidak 3cm dari tepi luka dan interval stikjahitan 3cm atau kurang.

  3. Salah satu dari eksternal (menggabungkan semua lapisan peritonium melewati kulit) atau (semua lapisan kecuali kulit) mungkin digunakan.

  4. Penumpukan jahitan luka internal dapat menghindari pembentukan bekas luka yang tidak sedap dipandang akan tetapi luka itu tidak dapat dipindahkan pada waktu berikutnya(meningkatkan resiko infeksi)

  5. Jangan mengikat terlalu kuat

  6. Penumpukan jahitan luka eksternal biasanya dibiarkan selama paling tidak tiga minggu.

Perut yang tidak bisa menutup

Pada sebagian kecil pasien bisa mendapat penatalaksanaannya  yang tepat.Teknik yang tidak aman atau terkadang tidak mungkin untuk menutup dinding perut dengan benar.

Beberapa kondisi yang mungkin bisa menjadi faktor pencetus pada dinding perut yang tidak dapat menutup, meliputi:

  1. Trauma abdomen mayor

  2. Sepsis abdomen yang kasar

  3. Retro peritoneal hematom.

  4. Kehilangan jaringan pada dinding perut.

Penderita setelah operasi biasanya masih mengeluh soal lain. Setelah operasi ia merasakan bagian yang dioperasi seperti tertarik dan nyeri. Untuk mengatasi keluhan tadi, kini tersedia jala sintetis yang dikenal dengan mesh. Penggunaannya menguntungkan bagi penderita pascaoperasi, karena otot perutnya tidak lagi ditarik, sehingga penderita tidak akan merasa nyeri.

Usaha untuk menutup dinding perut mungkin dapat menyebabkan elevasi dari tekanan intra abdominal dan  syndrome ruang abdomen berikutnya. Pada kasus kasus tertetu (exs.jika penyebabnya memungkinkan untuk diselesaikan dengan cepat) mungkin bisa menutup abdomen untuk sementara waktu dengan membungkus luka dan mengambil tindakan lebih lanjut dalam waktu 24-48 jam. Penutupan “mesh”  pada insisi abdomen biasanya menunjukan:

  1. Kerusakannya adalah penutupan dari satu atau dua lapisan pada lubang.

  2. Lubang adalah jahitan luka pada tempat dari jahitan luka yang menembus lapisan tebal dinding abdomen.

Perubahan balutan dan granulasi benuk jaringan berikutnya, akhirnya berpengaruh pada permukaan yang bisa dibungkus dengan pemindahan robekan kulit(transparansi kulit).

G.  Diagnosa keperawatan

  1. Nyeri akut berhubungan dengan  terbukanya luka operasi.

  2. Pola napas tidak teratur berhubungan dengan nyeri.

  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun

  4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses invasif pada abdomen

  5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan peningkatan terhadap pajanan.

  6. f.       Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenal kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, salah interpretasi informasi.

H.  Intervensi

  1. Nyeri akut berhubungan dengan  terbukanya luka operasi.

Tujuan:  rasa nyeri pasien berkurang bahkan hilang

Kriteria hasil:

-          Pasien melaporkan bahwa rasa sakitnya telah terkontrol atau hilang

-          Tampak santai, dapat beristirahat/ tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai kemampuan











IntervensiRasional


  1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien, lokasi dan intensitas ( skala 1-10)


  1. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan tachikardi, hipertensi, dan peningkatan pernapasan.


  1. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.


  1. Dorong penggunaan tehnik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.


  1. Observasi efek analgesic


  1. Kolaborasikan untuk pemberian obat analgesic yang sesuai.

  2. Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang sesuai



  1. Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.


  1. Untuk memahami ketidaknyamanan.


  1. Melepaskan tegangan emosional dan otot, tingkatkan perasaan control yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.


  1. Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek sinergistik dengan zat-zat anastesi.


  1. Analgesik akan menimbulkan penghilangan nyeri yang lebih efektif.



  1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri

Tujuan                :  Pasien menunjukan pola napas yang efektif

Kriteria hasil       :

-          Pasien bebas dari tanda-tanda hipoksia

-          Bunyi nafas tambahan tidak ada

-          Pasien tidak menunjukan otot bantu pernafasan












INTERVENSI


RASIONAL



  1. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot bantu pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi tau pernapasan cuping hidung, warna kulit dan aliran udara.


  1. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan


  1. Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam


  1. Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan



  1. Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernapasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera dilakukan.


  1. Dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb.


  1. Dengan latihan napas yang rutin, klien dapat terbiasa untuk napas dalam yang efektif.

  2. Sebagai indikator efektif atau tidakkah intervensi yang dilakukan perawat pada klien.



  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuan berhubungan dengan nafsu makan menurun

Tujuan : nutrisi pasien adekuat

Criteria Hasil:

-          Nafsu makan pasien meningkat

-          BB stabil, meningkat mendekati 48 Kg

Intervensi:












Intervensi


Rasional



  1. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menberikan diet TKTP


  1. Diskusikan dengan dokter tentang kebutuhan stimulus nafsu makan, makanan pelengkap, atau kemungkinan pemberia makanan melalui selang


  1. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dengan tetap memperhatikan status kesehatan pasien


  1. Berikan edukasi kepada pasie tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk membantu proses enyembuhan pasien


  1. Lakukan pemeriksaan BB secara teratur

  2. Sebagai sumber energy pasien untuk mempercepat proses penyembuhan



  1. Untuk menentukan pemberian nutrisis kepada pasien


  1. Untuk meningkatkan nafsu makan pasien


  1. Meningkatkan kesediaan pasien untuk makan


  1. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi yang telah diberikan



  1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bekas operasi

Tujuan : pasien menunjukan integritas kulit yang baik

Criteria hasil:

-          Terbebas dari adanya lesi jaringan

-          Resolusi pada daerah ekstermitas baik

intervensi :












Intervensi


Rasional



  1. Lakukan perawatan luka secara teratur

  2. Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan gejala infeksi, cara untuk mempertahankan luka insisi tetap kering dan mengrangi stress pada insisi

  3. Buang debris dan bekas luka yang merekat

  4. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin


  1. Posisikan pasien untuk menghindari ketegangan pada luka, jika diperlukan


  1. Pantau secara teratur kondisi luka pasien



  1. Mempercepat proses penyembuhan luka

  2. Supaya keluarga atau pasien dapat melakukan perawatan luka secara mandiri


  1. Menghindari adanya resiko infeksi

  2. untuk memberikan asupan nutrisi yang sesuai sehingga mempercepat proses penyembuhan luka.

  3. Menghindari ketegangan pada luka yang dapat memperburuk keadaan

  4. Mengetahui proses penyembuhan luka pada pasien



  1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan peningkatan terhadap pajanan.

Tujuan:  faktor resiko infeksi akan hilang

Kriteria hasil:

-          Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi

-          Pasien menunjukan higiene pribadi adekuat

-          Melaporkan tanda dan gejala infeksi












Intervensi


Rasional



  1. Control infeksi, sterilisasi dan rosedur atau kebijakan aseptik.

  2. Uji bahwa pembersihan kulit post operasi telah dilakukan.


  1. Sediakan pembalut yang steril.


  1. Kolaborasikan untuk melakukan irigasi luka yang banyak, misalnya air, antibiotic atau analgesic.


  1. Kolaborasikan untuk pemberiakn antibiotik

1.Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.2.Pembersihan akan mengurangi jumlah bakteri pada kulit.

3.Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka baru

4.Dapat digunakan pada intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi luka debris

5.Dapat diberikan secara profiaksis bila dicurigai terjadi infeksi atau kontaminasi


  1. Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenal kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, salah interpretasi informasi.

Tujuan: pasien mengetahu tentang kondisinya sekarang dan pengobatan yang akan dijalani

Kriteria hasil:

-          Mengutarakan pemahaman proses penyakit

-          Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan

-          Memulai perubahan gaya hiudp yang diperlukan dan ikut serta dalma regimen perawatan












INTERVENSI


RASIONAL



  1.  Kaji tingkat pemahaman pasien.

Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.

  1.  Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang.

    1. Untuk memberikan fasilias perencanaan yang sesuai tentang program pengajaran pasca operasi.



  1. Bahan yang dibuat secara khusus akan memenuhi pasien untuk belajar.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : JNE | Facebook | Home
Copyright © 2015. Kumpulan Asuhan Keperawatan - Pusat Istana Keperawatan
Template Created by Creating Website Published by Utama Corporation
Proudly powered by Blogger