meta charset='utf-8'/> Asuhan Keperawatan Hipoglikemi | Kumpulan Asuhan Keperawatan
Home » » Asuhan Keperawatan Hipoglikemi

Asuhan Keperawatan Hipoglikemi

Written By Unknown on Jumat, 16 Agustus 2013 | 13.52

Pengertian

Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa ( true glucose ) adalah 60mg%, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darang dibawah 60% disebut sebagai hipoglikemia. Pada umumnya gejala-gejala hipoglikemia baru timbul bila kadar glukosa darah lebih rendah dari 45mg%.(Mansjoer Arief, 1999).

Hipoglikemia diklasifikasikan sebagai reaktif atau puasa (fasting). Hipoglikemia rektif disebabkan oleh reaksi terhadap disposisi makan atau pemberian insulin berlebihan. Hipoglikemia puasa menyebabkan ketidaknyamanan saat penderita tidak makan dalam jangka waktu lama, misalnya saat pagi hari sebelum sarapan.

Walaupun hipoglikemia merupakan ketidakseimbangan khusus endokrin, gejala hipoglikemia umumnya samar dan tergantung pada seberapa cepat kadar glukosa pasien turun. Jika tidak di koreksi, hipoglikemia parah bisa menyebabkan koma, kerusakan otak yang tidak bisa disembuhkan, dan kematian.

2.1.2        Etiologi

Hipoglikemia reaktif

  1. Pemberian insulin yang terlalu banyak

  2. Pemberian medikasi antidiabetik yang terlalu banyak

  3. Produksi insulin yang tertunda dan berlebihan akibat tercernanya karbohidrat

  4. Sindrom penimbunan gastric

  5. Idiopatik

  6. Gangguan toleransi glukosa

  7. Meningkatnya output insulin secara tajam setelah makan (hipoglikemia postprandial)



Hipoglikemia puasa

  1. Insulin atau substansi mirip-insulin yang berlebihan atau hormone konterregulator berkurang

  2. Factor eksternal, misalnya tercernanya alcohol atau obat

  3. Tumor

Hipoglikemia pada bayi dan anak – anak

  1. Gangguan maternal yang bisa menyebabkan hipoglikemia pada bayi dalam 24 jam setelah lahir, misalnya diabetes militus, hipertensi terpicu kehamilan, eritroblastosis, dan penyakit penyimpangan glikogen

  2. Nesidioblastosis, yaitu kondisi jinak pada sel pulau yang memproduksi insulin



2.1.3        Manifestasi klinis

Tanda dan Gejala Hipoglikemia Reaktif

  1. Keringat dingin

  2. Letih

  3. Sakit kepala

  4. Lapar

  5. Iritabilitas

  6. Tidak enak badan

  7. Gugup

  8. Denyut nadi cepat

  9. Menggigil



Tanda dan Gejala Hipoglikemia Puasa

  1. Pandangan kabur atau ganda

  2. Koma

  3. Konfusi

  4. Hemiplegia

  5. Kelemahan motorik

  6. Tanda dan gejala yang sama dengan hipoglikemia reaktif

Tanda dan Gejala Hipoglikemia pada bayi dan anak-anak

  1. Koma

  2. Lemas

  3. Tidak mau makan

  4. Berkeringat

  5. Menggigil

  6. Bergetar

  7. Kejang

  8. Tangis yang lemah dan bernada tinggi

2.1.4        Faktor yang merupakan predisposisi atau mempresipitasi hipoglikemi

Berbagai  Faktor yang merupakan predisposisi atau mempresipitasi hipoglikemi  adalah:

  1. Kadar insulin berlebihan

    1. Dosis berlebihan : Kesalahan dokter , farmasi , pasien ; ketidak susaian kebutuhan pasien atau gaya hidup ; deliberate over dose ( factitious hypoglikemia )

    2. Peningkatan biovailibilitas insulin : absorbsi yang lebih cepat ( aktivitas jasmani , suntik di perut perubahan ke human insulin ; anti bodi insulin ; gagal ginjal ( clearance insulin berkurang) ; “ honeymoon “ periode

  2. Peningkatan sensitivitas insulin : defisiensi hormone counter – regulatory : penyakit addison ;

  3. Asupan karbohidrat kurang

  4. Lain-lain

2.1.5        Pemeriksaan Penunjang

  1. Pembacaan glukometer memberikan metode screening cepat untuk menentukan kadar glukosa darah

  2. Pengujian laboratorium memastikan diagnosis dengan menunjukkan penurunan nilai glukosa darah. Nilai berikut ini mengindikasikan hipoglikemia :

    1. Neonates jangka penuh : kurang dari 50mg/dl sebelum atau setelah diberi makan

    2. Neonates preterm : kurang dari 50mg/dl sebelum atau setelah diberi makan

    3. Anak – anak dan dewasa : kurang dari 40mg/dl sebelum makan, dan kurang dari 50 mg/dl setelah makan

  3. Uji toleransi glukosa selama 5 jam bisa dilakukan untuk memancing hipoglikemia reaktif. Setelah berpuasa selama 12 jam, pengujian laboratorium untuk mendeteksi insulin plasma dan kadar glukosa plasma bisa mengidentifikasi hipoglikemia puasa

2.1.6        Penatalaksanaan

Hipoglikemia reaktif

  1. Modifikasi makanan untuk membantu menunda absorbs glukosa dan pengosongan gastric meliputi makan dalam jumlah sedikit tapi sering; mencerna karbohidrat kompleks, serat, dan lemak; dan menghindari gula sederhana, alcohol dan minuman buah

  2. Obat antikolinergis memperlambat pengosongan gastric dan motilitas intestinal dan menghambat stimulasi vagal pelepasan insulin

Hipoglikemia puasa

  1. Pembedahan dan terapi obat bisa dibutuhkan

  2. Pembuangan tumor merupakan pilihan penanganan untuk insuloma

  3. Terapi obat bias meliputi thiazide, misalnya dizoxide (hyperstate), untuk menghambat sekresi insulin, streptozocin (zanosar), dan hormone, misalnya glukokortikoid dan glikogen bertindak lama

Hipoglikemia pada bayi dan anak-anak

  1. Larutan hipertonik dekstrosa 10% dalam air, sebanyak 5 sampai 10 mk/kg dari berat badan dan diberikan secara IV selama 10 menit dan diikuti dengan 4-8 mg/kg/menit untuk hipoglikemia parah pada neonatus

  2. Beri makanan berupa air susu ibu atau formula bayi yang dijual secara komersial sesegera mungkin setelah lahir untuk mengurangi peluang hipoglikemi pada neonates yang beresiko tinggi

2.1.1        Diagnosa dan Rencana Keperawatan

  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Kurangnya asupan glukosa

Tujuan: Individu menunjukkan keadekuatan status gizi: asupan makanan, cairan, dan zat gizi.

Kriteria hasil:

a)      Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

b)      Nilai glukosa dalam tubuh dalam batas normal

c)      Individu melaporkan keadekuatan tingkat energy

Intervensi:

  1. Berikan asupan diet makanan dan cairan yang seimbang melalui oral

R/ : mengembalikan asupan glukosa dalam tubuh

  1. Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi, normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa

R/ : mengembalikan cairan dengan adekuat

  1. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

R:/ memastikan dan memantau perkembangan nutrisi pasien

  1. Berikan informasi yang tepat kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

R:/ meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan peyakitnya

  1. Keletihan b.d insufisiensi nutrient sekunder akibat kekurangan asupan glukosa

Tujuan: Pasien akan beradaptasi terhadap keletihan yang dibuktikan dengan konsentrasi, penghematan energi, ketahanan, dan status nutrisi: energi

Kriteria hasil:

a)      Pasien akan menunjukkan tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

b)      Pasien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat

c)      Pasien akan menunjukkan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

d)     Pasien dapat menggunakan tehnik penghematan energi

e)      Pasien dapat menunjukkan adaptasi gaya hidup dengan tingkat energi

Intervensi:

  1. Ajarkan kepada pasien/keluarga untuk pengaturan aktivitas dan tehnik mengatur waktu untuk mencegah keletihan

R:/ mengajarkan pasien/keluarga dalam tehnik penghematan energi untuk mengurangi keletihan

  1. Kolaborasi dengan mengkonsultasikan dengan ahli gizi tentang cara untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi

R;/ asupan makanan yang berenergi tinggi dapat membantu mengurangi keletihan yang dirasakan pasien

  1. Bantu aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan

R;/ untuk memudahkan pasien dalam melakukan aktivitasnya

  1. Tingkatkan tirah baring/pembatasan aktivitas

R;/ tirah baring merupakan tehnik penghematan energi

  1. Pantau asupan nutrisi untuk menjamin keadekuatan sumber energi

R:/ asupan nutrisi yang adekuat dapat membantu menambah energi untuk mengurangi keletihan

  1. Beri edukasi kepada pasien/keluarga dengan menjelaskan hubungan antara keletihan dan proses/kondisi penyakit

R;/ Meningkatkan pengetahuan pasien/keluarga mengenai efek peyakitnya

  1. Risiko cedera b.d perubahan persepsi sensori

Tujuan: Risiko cedera akan menurun, sebagaimana termuat dalam Menjadi Orang Tua: Keamanan Sosial dan Perilaku Keamanan: Pencegahan Jatuh

Kriteria hasil:

a)      Pasien dapat mengikuti strategi pengendalian risiko

b)      Pasien/keluarga dapat mempersiapkan lingkungan yang aman

c)      Pasien/keluarga dapat mengidentifikasi risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap cedera

Intervensi:

  1. Tingkatkan penglihatan pasien yang masih tersisa

R/ : meningkatkan fungsi penglihatan sehingga resiko cedera dapat berkurang

  1. Bantu pasien dengan ambulansi sesuai kebutuhan

R/ : merupakan tindakan pencegahan yang dapat berisiko mencederai pasien

  1. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk mencegah cedera

R;/ memberikan pendidikan pencegahan seperti bahasa isyarat, tau tehnik perabaan dengan tangan

  1. Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristiknya (misalnya anak tangga, jendela, kolam renang, jalan raya)

R:/ merupakan tindakan pencegahan yang dapat berisiko mencederai pasien

  1. Sediakan alat bantu berjalan (seperti tongkat dan walker)

R:/ merupakan tindakan pencegahan yang dapat berisiko mencederai pasien

  1. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan dengan gerakan, bila memungkinkan

R;/ Membantu pasien dalam memudahkan melakukan aktifitas

  1. Lakukan kewaspadaan keamanan untuk individu yang mengalami gangguan persepsi

R:/ merupakan tindakan pencegahan yang dapat berisiko mencederai pasien
Share this article :

2 komentar:

  1. trmksh materinya sy jd terbntu tp akn lbih baik jk dapus nya tlong disertkn

    BalasHapus

 
Support : JNE | Facebook | Home
Copyright © 2015. Kumpulan Asuhan Keperawatan - Pusat Istana Keperawatan
Template Created by Creating Website Published by Utama Corporation
Proudly powered by Blogger